Menyimak sejarah bangsa di masa lampau,
nampaknya merupakan satu kenikmatan tersendiri. Katuturanira Sang Maha Raja
Airlangga, sebuah buku yang digagas sebagai sarana untuk mengangkat sejarah
sebagai bahan pembelajaran bagi generasi di masa kini dengan memperkenalkan
bahasa Kawi atau Jawa
Kuno. Namun demikian pembaca tidak perlu gundah karena sistem penulisan
yang dibuat dengan halaman kiri berbahasa Jawa sedangkan terjemahan bahasa
Indonesia di sisi kanan, akan memudahkan pembaca dalam menelaah kisah sejarah
Maharaja Airlangga.
Sebuah kisah sejarah yang dikemas
dengan bahasa dongeng oleh Koes Indarto, seorang pensiunan karyawan PTPN X yang
secara tidak langsung pernah berguru kepada sang
mpu bahasa Jawa Kuno, Prof .Dr. Romo Zoetmoelder, SJ. Sebagai salah satu
bentuk rasa terima kasih kepada sang
mpu, maka disusunlah suatu kisah dongeng sejarah Raja Airlangga dalam
kemasan bahasa Kawi. Bagi para penggemar bahasa warisan nenek moyang, nampaknya
kehadiran buku ini bagaikan setetes air di padang pasir nan tandus yang mampu
sedikit melepas dahaga.
Kisah bermula pada saat Pangeran
Airlangga muda, putra sulung Ramanda Raja Dharma Udhayana Warmadewa beserta
Permaisuri Mahendradatta meninggalkan Pulau Bali menuju tanah Jawa. Perjalanan
tersebut dilakukan atas permintaan sang uwak Prabu Teguh Darmawangsa di Kahuripan
yang ingin menjodohkan sang pengeran dengan putrinya yang bernama Dewi Galuh.
Ratu Mahendradatta sebenarnya adalah putri Sang Prabu mPu Sindok dan merupakan
adik kandung Prabu Tguh Dharmawangsa. Dengan demikian Pangeran Airlangga akan
dinikahkan dengan saudara sepupunya sendiri, dan kelak di kemudian hari
diharapkan sebagai pewaris tahta Kahuripan penerus dinasti Isyana.
Singkat cerita tibalah hari perkawinan
agung. Segala persiapan pesta telah dilakukan secara besar-besaran. Tidak
tanggung segala rakyat datang dari pelosok negeri berbondong-bondong,
laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin, tanpa kecuali mendatangai kotaraja.
Mereka ingin turut memberikan doa restu kepada mempelai berdua, dan memang
kebijakan sang prabu menitahkan bahwa seluruh rakyat Kahuripan diundang ke
istananya tanpa kecuali.
Namun tanpa diduga sama sekali, negeri
Wurawari yang mempunyai dendam kepada Kahuripan memanfaatkan kesempatan di
dalam kesempitan untuk menyerang dan menghancurkan Kahuripan. Dan karena
kelengahan pertahanan Kahuripan akibat terhanyut oleh suasana pesta, maka
dengan mudah pasukan Wurawari memporak-porandakan istana, bahkan Prabu
Dharmawangsa gugur dalam pertempuran, dan sang permaisuripun turut bela pati.
Karena kecakapan pengawal pribadi
Airlangga yang bernama Narottama, maka sang pengeran dan istri yang baru
dinikahinya dengan beberapa kerabat berhasil meloloskan diri. Rombongan
pelarian ini kemudian mengungsi ke daerah Ampel. Di sana kemudian Airlangga
menitipkan istrinya kepada Ki Buyut Ampel. Pangeran Airlangga kemudian
melanjutkan perjalanan untuk mencari pendeta guna belajar sutra sebagai bekal
hidup di kelak kemudian hari. Atas petunjuk mPu Bharada, sampailah sang
pangeran menenui sang bhiksu Budha di lereng gunung Penanggungan.
Alkisah suatu hari sang Airlangga
diminta oleh gurunya untuk membeli beras sebagai persediaan bahan makanan
perguruan kepada Ki Buyut Niti di dusun Cane. Pada kesempatan perjamuan, putri
Ki Buyut menghidangkan suguhan. Dan betapa terpesona sang pengeran melihat
kecantikan sang dewi. Dan seketika dia berniat mempersunting putri Ki Buyut
tersebut. Dan atas restu dari bhiksu Budha gurunya, dipinanglah sang dewi
dengan mas kawin yang dihutang. Karena mas kawin dihutang oleh sang pangeran,
maka sesuai dengan adat di masa itu, sang pangeran harus tinggal menetap di
rumah mertuanya. Dari pernikahan dengan Mahadewi ini, Pangeran Airlangga
dianugerahi seorang putra yang diberi nama Mapanji Garasakan.
Sang bhiksu Budha yang telah uzur usia,
pada suatu hari sakit keras. Di tengah sakitnya sang bhiksu kemudian mengundang
seluruh cantriknya dan
juga Ki Buyut Cane. Dalam suasana haru diwasiatkannyalah bahwasanya salah
seorangcantriknya seseungguhnya adalah Pangeran Airlangga, penerus
wangsa Isyana yang paling berhak atas tahta Kahuripan. Sebagai bukti kebenaran
ucapannya dikeluarkanlah cincin berukir garudha
mukha, simbol kebesaran raja Kahuripan. Dan dipesankanlah kepada seluruh
rakyat Kahuripan untuk bersatu menegakkan Kahuripan dengan menobatkan Airlangga
sebagai raja yang baru.
Maka dari dusun Cane itulah disusun
kembali kekuatan kerajaan. Ki Buyut Niti diangkat sebagai penasehat politik
raja, sedangkan sang Narottama diangkat sebagai perdana menteri, sementara sang
istri diberi gelar Mahadewi diangkat sebagai permaisuri kedua. Hal pertama yang
dilakukan sang prabu tentunya menjemput Permaisuri Dewi Galuh di Ampel. Setelah
seluruh kerabat telah berkumpul kembali, maka mulailah ditata kembali kerajaan
Kahuripan.
Kekuatan pertahanan kerajaan dibangun
kembali dengan mengumpulkan pemuda-pemuda pilihan dari segenap pelosok negeri.
Setelah pasukan dirasa kuat, sang prabu mulai melebarkan kekuasaan dengan
menyerang musuh-musuh Kahuripan. Dan tak begitu lama kemudian kerajaan Wurawari
sebagai musuh bebuyutan kerajaan berhasil ditakhlukan.
Setelah melebarkan sayap kekuasaan,
sang prabu kemudian berniat membangun kutaraja. Maka dicarilah daerah keramat
di lereng Gunung Penanggungan yang kemudian diberinya nama Wwatan Mas. Kemudian
untuk meningkatkan hasil pertanian, dibangunlah Saptawringin dengan membendung
sungai Brantas. Dan memang tanpa terlalu lama kesejahteraan rakyat meningkat,
dan negeri Kahuripan menjadi negri yang gemah
ripah loh jinawi, makmur sejahtera, tercukupi segala kebutuhan sandang
pangannya.
Bukanlah kehidupan duniawi apabila
tiada hambatan atau cobaan hidup. Dan dalam sejarah Kahuripan terceritalah
seorang janda dari Waru Doyong yang bernama Nyi Calon Arang. Diakarenakan
profesinya sebagai dukun santet maka jarang orang yang berani berurusan
dengannya. Hal tersebut mengakibatkan anak gadisnya menjadi perawan tua, karena
tidak ada pemuda yang berani meminangnya. Kenyataan ini menjadikan Nyi Calon
Arang dendam kepada semua orang, sehingga dengan ilmu teluhnya, sang dukun
menebarkan malapetaka berupa wabah penyakit aneh ke seluruh pelosok Kahuripan.
Akhirnya baginda raja mengutus Mpu Baradha untuk mengatasi hal tersebut. Dengan
mengumpankancantrik kinasihnya,
dilamarlah putri Calon Arang. Melalui anaknya inilah kemudian bisa diketahui
rahasia ilmu hitam sang dukun santet. Dan akhirnya malapetaka santet dan teluh
yang disebarkan Calon Arang berhasil diberantas.
Al kisah, dari permaisuri pertama Dewi
Galuh, Prabu Airlangga dikaruniai dua orang anak, yang pertama seorang putri
bernama Sanggramawijaya dan adiknya laki-laki bernama Pangeran Samarawijaya.
Sang putri semenjak remaja telah gemar membaca sutra Budha, dan memang di
kemudian hari sang putri lebih memilih menjadi seorang pertapa dengan gelar
Kilisuci.
Pada suatu hari di kala mandi di patirtan kaputren, sang permaisuri Dewi
Galuh terpeleset hingga terjatuh dan menemui ajalnya. Sepeninggal permaisuri
menjadi gundah gulana dan gelisah hati sri baginda. Setelah merenung panjang
diputuskanyalah bahwa sang prabu berkeinginan untuk lengser keprabon dan lebih memilih menjadi pertapa
untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi Wasa. Dengan demikian maka tahta
kerajaan akan segera diserahkannya kepada putranya.
Namun kebimbangan melanda pikiran
baginda, karena memiliki dua permaisuri dan keduanya mempunyai dua orang putra
yang sama-sama mempunyai hak atas tahta Kahuripan. Akhirnya teringatlah baginda
akan haknya atas tahta kerajaan Bali. Maka beliau kemudian mengutus Mpu Baradha
untuk menanyakan haknya atas tahta Bali. Kerajaan Bali saat itu telah diperintah
oleh Prabu Anak Wungsu, adik kandung Prabu Airlangga. Dan kenyataannya upaya
meminta hak atas tahta Bali tidak berhasil.
Kemudian sebagai jalan tengah, atas
usulan Mpu Baradha, maka dipecahlah kerajaan Kahuripan menjadi dua kerajaan.
Kerajaan lama kemudian berganti nama menjadi Jenggala dan Mapanji Garasakan
sebagai raja, wilayahnya meliputi Kahuripan sebelah utara sungai Brantas.
Sedangkan palihan negara yang lain diserahkan kepada
Pangeran Samarawijaya yang bertahta di Daha dengan wilayah kekuasaan di selatan
sungai Brantas.
Demikianlah sejarah perpecahan kerajaan
berawal. Dan kelak juga berlanjut kepada kerajaan Mataran Islam pada saat
terjadinya perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi Kasunanan Surakarta
Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Belum cukup sampai di
situ, Kasunanan pecah lagi dengan lahirnya Mangkunegaran, sedangkan Kasultanan
pecah dengan adanya Pakualaman.
Sumber Bacaan
1986. Modul Sejarah Indonesia. Karunia: Jakarta.
1993 . Sejarah
Nasional Indonesia II.
Jakarta: Balai Pustaka
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/waspada-cuaca-buruk-ini-resep-jaga.html
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/peneliti-yogyakarta-kembangkan-singkong.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/11/menahan-kencing-bisa-sebabkan-kerusakan.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523