SRI BADUGA
MAHARAJA
Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi
sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Sri Baduga sebelum
menjadi Raja Pajajaran, menjadi Raja di Sindang Kasih (daerah Cirebon) dan
Singapura (Meurtasinga di Cirebon) dahulu. Tahun 1482 Siliwangi menjadi Raja
Galuh menggantikan Dewa Niskala dan Prabu
Susuk Tunggal (mertua Prabu Siliwangi).
Raja Sunda menyerahkan kerajaannya kepada Jaya
Dewata. Penyebutan Jaya Dewata "Prabu Siliwangi" kurang lebih
terjadi pada 1482M. Setelah menerima takhta dari Kerajaan Sunda, selanjutnya
ia bergelar Sri Baduga Maharaja (menurut naskah Wangsakerta). Prabu Siliwangi
menetapkan Pakuan Pajajaran menjadi Ibu Kota Pajajaran menjadi ibu kota
kerajaan yang baru, dan Siliwangi sering disebut raja pertama Pajajaran.
Sejak saat itu pusat pemerintahan/ibu kota Pajajaran tidak pernah
berpindah-pindah sampai runtuhnya Pajajaran.
Dengan sikap arif dan bijaksana dalam pemerintahannya, Prabu Siliwangi
membuat Kerajaan Pajajaran berkembang pesat dalam berbagai sektor kehidupan.
Negara aman, tentram, subur, makmur, semakin pesat kemajuannya, dan semakin
besar sampai ke Sunda Kelapa (Jakarta). Pelabuhannya sangat maju dan
perdagangan mencapai negara-negara tetangga.
|
DYAH PITALOKA
Prabu Maharaja Linggabuana dari permaisurinya, Dewi Lara Linsing (putri Prabu
Aya Kulon) memperoleh beberapa anak. Anak tertua yang lahir pada tahun 1339
Maseh. Oleh kakeknya diberi nama Citraresmi, oleh ayahnya diberi nama Dyah
Pitaloka. Rasa sayang Prabu Linggabuana kepada anak tertuanya itu menjadikan
Dyah Pitaloka disegani dikalangan
istana. Keahliannya dalam bidang seni dan pengetahuannya yang luhur semakin
menambah rasa sayang sang Raja kepada putrinya tersebut.
IDyah Pitaloka kemudian tumbuh menjadi gadis cantik jelita dan memunyai
keperibadian yang luhur serta welas asih. Parasnya yang cantik membuat
beberapa petinggi kerajaan hingga Raja-raja di Nusantara ingin meminangnya
untuk dijadikan permaisuri, namun Prabu Linggabuana lebih memilih Hayam Wuruk
sebagai menantunya dengan niat mempererat tali persaudaraan yang telah lama
putus antara Majapahit dengan Sunda. Nama Dyah Pitaloka kemudian sering
disangkutkan dengan Majapahit dalam catatan sejarah Indonesia, karena
keterkaitannya dalam peris
tiwa Bubat.
|
JAGA BAYA
Jagabaya adalah seorang tumenggung yang juga menjadi perwira angkatan perang
kerajaan Pajajaran. Peran Jagabaya terbilang cukup besar. Selama
pengabdiannya Ki Jagabaya merupakan salah satu tokoh yang berhasil membuat
Pajajaran menjadi sebuah kerajaan besar dan disegani, perannya semakin
terlihat ketika Jagabaya ditugaskan oleh Sri Baduga
Maharaja dalam sebuah pertempuran untuk menghalau kerusuhan di daerah Cirebon
(Indraprahasta), Jagabaya berangkat beserta 60 anggota pasukan pilih tanding
yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon dengan misi mengamankan daerah
ersebut. Jagabaya dalam pertempuran itu dikisahkan berhasil membunuh ratusan
orang yang ternyata merupakan pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya
sangat besar.
Jagabaya dalam memperkuat angkatan perang menerapkan beberapa formasi tempur
yang dapat diandalkan dalam berbagai peperangan baik darat maupun laut.
Selain mahir dalam siasat berperang, Jagabaya merupakan manusia pilih tanding
yang menjadi andalan Sri Baduga dalam menghalau musuh-musuh yang merongrong
kekuasaan Pajajaran.
|
LARA SARKATI
Merupakan putri dari Resi Susuk Lampung dari Sumatera Selatan. Lara Sarkati
diperistri oleh Prabu Niskala Wastu Kencana pada usia menginjak 19 tahun, dan
Niskala Wastu Kencana sendiri pada masa itu baru usia 20 tahun. Setelah satu
tahun berumah tangga, ia memperoleh putra Sang Haliwungan, yang lahir pada
1369 Masehi.
|
MUNDINGLAYA
DIKUSUMAH
Tampan, bijaksana, dan baik hati. Tidak heran bila Sunten Jaya iri padanya.
Walaupun Mundinglaya dijebak oleh saudara tirinya, ia tidak mendendam. Pada
akhirnya ia menjadi pahlawan dengan mengambil pusaka Layang Salaka Domas
untuk menjaga perdamaian di Pajajaran dan kemudian menjadi raja menggantikan
sang ayah.
|
KARANCANG
Atau Raden Gagak Karancang merupakan anak dari Layung Batik atau Pangeran
Surya Kencana dengan Bungsu Rarang. Karancang lahir ketika ibunya, Bungsu
Rarang, sedang ditelan bulat-bulat oleh Jongrang Kalapitung (jelmaan ular
Wulung). Pada saat melahirkan di dalam perut Jongrang Kalapitung, Bungsu
Larang ditolong oleh kekuatan Nyi Pohaci sehingga
dapat melahirkan dengan selamat. Karancang yang baru lahir ternyata mampu
mengalahkan ular Wulung hingga mati.
|
KENTRING MANIK
Atau Mayang Sunda adalah anak dari Susuktunggal atau Sang Haliwungan, cucu
dari Prabu Niskala Wastu Kencana dan cicit dari Prabu Linggabuana. Pernikahan
antara Kentring Manik dengan Sri Baduga Maharaja melahirkan anak bernama
Surawisesa, yang nantinya akan menjadi Raja Pajajaran penerus Sri Baduga
Maharaja.
|
GELAP NYAWANG
Adalah pejabat kerajaan Pajajaran yang bertugas mengajarkan ilmu kesaktian
mumpuni dalam ilmu kenegaraan dan ketataanegaraan. Gelap Nyawang merupakan
salah satu pembesar yang cukup disegani, karena keilmuannya.
|
SAKYAWIRYA
Adalah seorang ksatria Palembang; putera seorang Menteri Urusan Laut Kerajaan
Palembang yang terampil dalam ilmu ksatriaan dan gemar melakukan petualangan.
Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya Sang Sakyawira sampai di daerah
Tatar Sunda.
|
PURAGABAYA
Adalah para ksatria pilihan putra bangsawan Pajajaran yang disiapkan menjadi
pengawal pribadi para pejabat kerajaan. Menjadi seorang Puragabaya merupakan
sebuah kehormatan yang istimewa. Selain mempelajari ilmu kanuragan dan
beladiri yang mumpuni, Puragabaya juga dibekali dengan ilmu-ilmu agama.
Dengan begitu, seorang Puragabaya selain
memiliki ilmu kanuragan yang sangat ampuh dan berbahaya, juga memiliki
kefasihan yang tinggi dalam agama. Para Puragabaya dilukiskan sebagai lelaki
sakti dalam hal ilmu silatnya, memunyai hati dan perilaku yang menyerupai
pendeta.
|
DAYANG RATU
Adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan ratu kerajaan. Mereka
yang menjadi dayang mengabdikan seluruh hidupnya, sebuah penghormatan dan
pengabdian untuk rajanya.
|
PRAWIRA ATAU
PRAJURIT
Adalah golongan pangkat dalam sistem pertahanan atau keamanan. Prajurit
Pajajaran tentunya memiliki kemampuan dalam kegesitan atau kecepatan dalam
pertarungan. Melihat kondisi alam yang hutan dan pegunungan, kegesitan dan
kecepatan merupakan harga mati yang harus dimiliki oleh prajurit-prajurit
latih Kerajaan Pajajaran.
BANDUNG, KOMPAS.com — Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Jawa
Barat Dr Mumuh Muhsin Zakaria menyatakan, eksistensi Kerajaan Sunda atau
Pajajaran dan Sri Baduga Maharaja tidak perlu diragukan lagi.
|
Senin, 14 Januari 2013
Tokoh tokoh PAJAJARAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Om Namah Brahma - Om Namah Narayan - Om Namah Shiva
BalasHapusOm Swasti Astu.
Hidup dan jayalah selalu GUSTI SRI BADUGA MAHARAJA SANG RATU JAYADEWATA
(PRABU SILIHWANGI) beserta seluruh raja Galuh dan Sunda sebelum Beliau dan sesudah Beliau.
Semoga Tlatah Parahyangan (Galuh dan Sunda) senantiasa aman, damai, dan terhindar dari cengkeraman manusia-manusia yang jahat (durjana). Senantiasa dilindungi oleh HYANG MAHA TUNGGAL (SANG ADI BRAHMAN).
Om Shanti Shanti Om.
idola saya jagabaya
BalasHapusidola saya jagabaya
BalasHapusidola saya jagabaya
BalasHapusSAMPURASUN
BalasHapusmaaf bertanya, Jagabaya itu nama orang atau Jabatan ? hatur nuhun kang
BalasHapus